Lulu Firdausi

SHARING IS CARING

Jumat, 16 Januari 2015

Jilbab bukan hanya sekedar penutup aurat, tetapi membatasi perilaku, langkah, serta tindakan yang dilarang oleh Allah.

Postingan ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi saya. postingan ini bukan semata-mata ingin menjelekkan suatu individu tertentu, tetapi agar masyarakat tidak salah paham dan melihat jibab dengan sebelah mata.
Dulu, ada seorang teman yang memutuskan untuk berjibab. Saya selaku temannya sangat senang ketika mendengar ia akan berjilbab. Berharap jilbabnya tetap istiqamah sampai akhir hidupnya. Tetapi siapa yang tahu? 2 tahun kemudian, ia menanggalkan jilbabnya dengan alasan Panas, gak betah, belum sepenuh hati, mau jilbabin hati dulu deh. Guys, mau jilbabin hati dulu? sampai kapan? seberapa lama ? Lalu kalau belum sepenuh hati kapan sepenuh hatinya? sampai ajal menjeput? Pada akhirnya jika sampai akhir hidup belum siap, kain kafan lah yang akan menjadi awal dan akhir penutup aurat kalian. Apa kalian mau seperti itu? Kebanyakan orang berpendapat sebelum memutuskan untuk berjilbab kita harus jilbabin hati dulu, perilakunya diubah dulu, harus niat dengan sungguh, tunggu waktu yang tepat, dan lain sebagainya. Ketauhilah teman, kematian tidak akan menunggu kamu siap atau tidak. Kalau tidak sekarang berjilbab, lalu kapan lagi? Memang orang-orang yang berjilbab 'masih' ada yang belum sesuai. Namun, ketika kita berjilbab akan terjaga dengan sendirinya. Seperti ucapan, tingkah laku, perbuatan, dan langkah yang akan kita ambil. Memang, jika ada seseorang yang berjilbab tetapi perilakunya masih minus, artinya ia tidak mengerti bagaimana menempatkan jilbabnya dengan baik. Seperti contohnya, orang yang masih suka bergosip, membicarakan keburukkan seseorang, bahkan bermuka banyak. Tidakkah mereka malu dengan jilbabnya? Tidakkah mereka malu dengan jilbabnya yang telah membantu mereka menjauhkan api neraka. Ketika seseorang masih sering bergosip, membicarakan keburukan orang lain, memfitnah orang lain, menghalangi orang saling bermaafan, memtuskan tali silaturahmi, pendendam, bermuka banyak, jilbab yang mereka kenakan menangis dan menjerit, karena usaha dia untuk menolong orang tersebut gagal. Ketahuilah, tidak semua orang berjilbab seperti yang diatas, bahkan banyak yang taat dan menempatkan jilbabnya dengan benar agar usaha jilbab tersebut membantu menjauhkannya dari api neraka tidak sia-sia.


Teman, sejujurnya saya sudah kapok sekali dengan orang-orang yang bermuka dua, berbicara keburukan orang dibelakangnya, serta bergosip. Bahkan mulut yang mereka miliki pun tidak sudi melakukan perbuatan itu. Teman, sebelum semuanya terlambat berhentilah berbuat seperti itu. Agar anggota tubuh yang Tuhan berikan tidak sia-sia!
SALAM KECUP BUAT SEMUA MUSLIMAH.